Makna dan hakekat keindahan
Keindahan adalah sesuatu yang
mendatangkan rasa senang bagi yang melihatnya (Leo Tolstoy, pujangga Rusia),
keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang (Humo, pujangga
Inggris), dan keindahan adalah sesuatu yang paling banyak mendatangkan rasa
senang (Hemsterhuis, pujangga Belanda)
Keindahan adalah susunan yang teratur
dari bagian yang erat antara satu dengan lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman),
keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury,
pujangga Jerman), Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel
Kant).
Keindahan atau keserasian diwujudkan
dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan atau keseimbangan. Ukuran segi
panjang yang indah adalah 3 berbanding 5, perpaduan kulit yang gelap dengan
baju yang berwarna lembut adalah serasi, pertentangan tinggi rendah atau keras
lembutnya suara musik adalah indah dan keseimbangan yang tercipta dari seorang
yang bertubuh tinggi mengenakan baju bergaris horisontal atau orang yang pendek
mengenakan baju bergaris vertikal adalah serasi.
Keindahan berasal dari kata indah yang
artinya bagus, cantik, atau elok. Indah sama dengan “beauty” (bahasa Inggris),
“Beau” (bahasa Perancis) atau “Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat
diartikan secara artistik, terbatas, dan luas.
Keindahan dalam arti artistik bersifat
subyektif, artinya keindahan tersebut merupakan hasil hubungan antara pikiran dengan
benda yang diamati. Keindahan artistik ditentukan oleh unsur dinamis berupa
kesan yang berubah akibat dunia yang selalu berubah-ubah.Unsur dinamis
menyebabkan keindahan artistik juga dinamis, artinya kendahan dinilai sesuai
dengan tempat dan jamannya. Dengan demikian, keindahan dalam arti artistik
merupakan hasil hubungan antara pikiran dengan benda yang diamati yang selalu
berubah kesannya sesuai tempat dan jamannya.
Keindahan dalam arti artistik disebut
juga dengan keindahan seni yang merupakan pengutaraan isi jiwa atau perasaan
sang penciptanya. Isi jiwa manusia dapat berbentuk rasa indah, rasa lucu
(kosmis), rasa sedih (tragis) rasa gaib (magic) dan sebagainya. Hasil karya
seni mencerminkan isi jiwa sang penciptanya dan mengungkapkan keindahan dalam
arti artistik (seni).
Menurut Profesor Bruyne, seni adalah
perpaduan perasaan dan pengetahuan yang disebut intuisi atau perasaan yang
matang yang lahir dengan sendirinya dan diwujudkan dalam bentuk karya seni
nyata. Puisi “Aku” karangan Chairil Anwar yang merupakan karya seni puisi baru
dan sebagai bentuk protes terhadap karya seni yang berlaku pada masa itu.
Lukisan “Monalisa” karya Leonardo da Vinci membawa pesan bahwa wanita cantik
akan selalu menarik dan menggambarkan keagungan Tuhan yang menganugerahkan
kecantikan pada seorang wanita.
Keindahan dalam arti seni berbeda dengan
keindahan dalam arti terbatas yang bersifat obyektif dan dipengaruhi unsur
statis. Unsur statis merupakan ciri estetis yang melekat pada bentuk dan warna
suatu benda sehingga relatif tetap dari masa ke masa dan di semua tempat.
Ciri estetis pada keindahan dalam arti
terbatas diperoleh dari kebiasaan manusia dalam berpikir, merasa dan akhirnya
mengambil sikap. Bentuk sikap yang muncul, misalnya senang-benci, puas-kecewa,
dan sebagainya. Sikap-sikap tersebut dipengaruhi oleh kepekaan seseorang dalam
melihat bentuk dan warna yang menimbulkan rasa senang. Inilah yang dimaksud
keindadahan dalam arti terbatas.
Dalam arti luas, keindahan adalah segala
yang baik seperti keindahan alam atau keindahan moral. Sikap yang halus,
lembut, sopan atau beradab merupakan keindahan moral. Keindahan juga diartikan
sebagai segala yang wajar, artinya lukisan wanita yang lebih cantik dari wajah
aslinya tidaklah indah, karena lukisan tersebut kurang wajar.
Keindahan moral, seperti sikap yang halus, lembut, sopan, atau beradab dapat ditunjukkan oleh anggota badan, cara berbahasa serta perpaduan pikiran perasaan dan kemauan.
Keindahan moral, seperti sikap yang halus, lembut, sopan, atau beradab dapat ditunjukkan oleh anggota badan, cara berbahasa serta perpaduan pikiran perasaan dan kemauan.
Sikap yang halus dapat ditunjukkan oleh
anggota badan seperti kaki, tangan, kepala, bahu, bibir, mulut, mata, atau
muka. Kaki melipat atau mengangkang menunjukan sifat tidak halus. Demikian pula
dengan cara meraba atau menjabat tangan, kepala yang menunduk atau mengangguk,
bahu yang terbuka atau mengangkat, bibir yang dimencongkan atau dimonyongkan,
mulut yang mengatup atau menganga, mata yang melirik atau terbelalak, muka yang
berseri ditengah musibah atau berkerut di saat orang sedang senang dan
sebagainya menunjukan sifat-sifat yang tidak halus, tidak sopan atau tidak
beradab.
Untuk menampilkan sikap yang halus
seseorang dapat menunjukkannya dengan cara berbahasa, yakni dengan pilihan kata
yang sopan dan tidak kotor, susunan kalimat yang tidak kacau, rangkaian kalimat
yang teratur, nada suara yang sesuai keadaan untuk tinggi maupun rendahnya,
serta irama suara yang sesuai, keras atau lembutnya.
Sikap halus juga dapat ditunjukkan oleh
perpaduan pikiran perasaan dan kemauan atau perpaduan cipta, rasa dan karsa.
Perpaduan tersebut dinamakan Trias dinamika yang mempengaruhi sikap seseorang.
Pikiran yang kusut menyebabkan seseorang terlihat murung, perasaan yang riang
menyebabkan seseorang terlihat lincah dan adanya kemauan menyebabkan seseorang
melakukan sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar